Search

Sabtu, 03 Agustus 2024

 

Senjaku retak…

 

Senjaku…aku selalu mengagumi keindahanmu

Meski tak jarang anggunmu tertutup awan

Atau rintik lebat hujan mengganti syahdu romantismemu

Bagiku tetap saja cantikmu sempurna

 

Namun entahlah kali ini berbeda

Bukan berbeda karena pancaran kharismamu semakin mempesona

Bukan pula berbeda karena cerita romansa yang selalu dibingkai olehmu

Kali ini ada garis retak yang membuatmu berbeda

 

Ia…senjaku retak

Entahlah sedalam apa goresannya

Namun yang jelas, pancaran lembutmu terasa berbeda, absurd dan tak lagi merah keemasan

Meski kau berusaha tetap indah…namun kali ini berbeda

 

Ah senjaku…ada apa denganmu

Apa yang membuatmu begini

Apakah kisah potongan senja gumira aji yang membuatmu seperti ini

Ataukah kisah kasih lainnya yang melukaimu

 

Lamat ku tatap anggunmu

Berusaha mencari jawab di sela jinggamu

Akh…senjaku…

 

To be continued…

May 25th, 2023, Lab 367


 

Senjaku….

 

Bagiku senja selalu indah…

Lembut, hangat, dan  kilaunya selalu meninggalkan cerita

Romansa nya menjadi alur langganan ide cerita para seniman aksara dan nada

Senda gurau bersama, atau sekedar duduk memandang merah rona keemasannya menjadi topik yang apik dalam alunan melodi

Yeah…Jadi bagiku senja selalu indah…

Namun ada yang berbeda kali ini

Ya …senjaku tampak berbeda

Potongan cerita yang ditinggalkan serasa lebih menarik

Pun romansa yang tercipta lebih hidup tanpa harus menunggu goresan pena seniman aksara ataupun petikan melodi seniman nada

Rona merahnya tampak semakin merah

Semburat lembut kilaunya semakin mengindahkan semesta sore

Gelak tawa sukacita semakin rame menggiringnya

Akh…apa ia senjaku kali ini berbeda?

Ku pandanginya  lagi dan lagi….

Sambil bergumam…okay…senjaku memang selalu indah…tidak ada yang berbeda

Namun senjaku semakin merona…seakan berkata….kali ini aku berbeda…

Hohoho…ku pejamkan mata sejenak, memastikan apakah benar senjaku kali ini seindah gambaran cerpen seno gumira aji

Dan ternyata benar…senjaku kali ini berbeda…ia berbeda…begitukah?


Lab 306, May 2nd, 2023

End of spring, saat lagi suntuk dan kehabisan ide menulis manuscrit yang nggak selesai-selesai^_^


 

KATA...

 

Teringat bait lirik sebuah lagu di era 90an cukup satu kata oleh hary mukti

Konon lagu tersebut menceritakan romansa sepasang muda mudi yang hanya mampu berucap satu kata tentang segala rasa yang ada

Akh…pikirku bagaimana bisa hanya satu kata semua apa yang ada di hati tersampaikan

Bagaimana bisa hanya satu kata bisa meredam rasa rindu yang membara atau membuat bibir menyungging senyum berkepanjangan

Bagaimana bisa hanya satu kata bisa mengubah mood yang dinamis dan fluktuatif

mmm…entahlah

Teringat bait berikutnya

Bait tentang kehilangan sebuah kata, ah mungkin versi mileniumnya bisa di bahasakan ekspresi tanpa kata

Konon katanya ini lebih agresif dari satu kata yang terucap

Tanpa kata kita bisa melihat ekspresi yang sesungguhnya

Tanpa kata sebuah cerita bisa tersampaikan

Pun cinta tanpa kata bisa meluluhkan…

Jadi kata atau tanpa kata kau pun bisa berkata….

Begitu…?

 

i

Lab 367, May 3rd, hfff tetep masih suntuk menulis manuscript…^_^

 

RINDU

Ku hanya bisa mengenggamnya
Merasakan dan menikmatinya
Aku tak berharap hal yang sama
Karena memang tak seharusnya berharap
Tapi tak mengapa, aku tak merasa hal ini sia-sia

Merindu dalam diam sudah cukup
Menikmati semua tentangmu pun dalam diam sudah cukup
Biarkan pikiranku saja yang mententuh, mendekap dan memanjakanmu
Biarkan pikiranku saja yang menyapa
Membangun angan dalam diam tak mengapa
Merindu tanpa terlihat meridu




dari aku yang ingin membiasakan jari tangan menari di atas keyboard
belajar merajut dan marangkai kata menjadi suatu makna
melawan ketakutan diri akan rangkaian dan merangkai kata
aku yang ingin menjadi diriku melalui bait bait kata
aku yang ingin ada lewat kata

Puncak Summer, Ruang Labku 367, 
IAMS-NTU, Taipei, July 23, 2024





Selasa, 26 Juli 2016

BERIKANLAH KEAJAIBAN MU

Nikmat mana lagi yang kau dustakan...begitu pesan sang maha pencipta kepada hambanya. Yupz seringkali nikmat yang tampak tidak akan bermakna apa-apa, karena selalu saja mengeluhkan nikmat yang belum tampak. selalu merasa rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri.

aku terguguk, apalah arti diri ini, hanyalah seorang manusia yang tak punya apa-apa. tubuh yang kekar, otak yang cerdas, wajah yang cantik akan tidak berarti apa-apa jika pusat sistemnya telah lumpuh. yang ada hanya ketidakberdayaan, pengharapan kepada yang memberi harap.

tuhan...tubuh itu terbaring kaku,semua anggota geraknya lumpuh, hanya sesekali kedua tangannya kejang. suara nafas yang terengah, -engah yang diikuti oleh muncratan lendiri dan darah. mata itu terpejam tidak sempurna, sesekali terbuka diikuti dengan seakan berusaha untuk memperoleh oksigen. tidak ada suara yang didengar,tidak ada mata yang melihat, tidak ada akal yang berpikir.

ingin mengeluh...menceritakan segala kesakitan yang dirasa, ingin melihat...wajah pucat orang-orang tercinta, menggapai mereka mungkin untuk terakhir kalinya, memberikan senyuman terbaik. mengatakan bahwa hiduplah dengan baik...namun apalah daya, sel-sel tumor itu telah melumpuhkan semuanya. sel-sel tersebut telah menjarah semuanya, yupz semuanya.

akankah sisa-sisa imun itu akan bertahan? akankah dia memberikan perlawanan sampai titik darah penghabisan? entahlah...

melayang pikirku tentang keajaiban-keajaibanmu tuhan. aku tertegun memandang bujuran tubuh itu. tetesan-tetesan air infus pengganti makanan, kantong oksigen yang tidak lagi dipasang di hidung namun di tenggoroka yang sudah di lubangi. tuhan...bisakah kau berikan keajabiban untuk tubuh itu.

dia berusaha untuk tetap hidup. dia berjuang sekuat yang dia mampu. dia ingin melihat anak-anaknya tumbuh besar, menua bersama istri tercintanya. tuhan...bukankah hatinya tidak lumpuh? hatinya tetap mengingatmu,megingat semua yang dia cintai. bisakah kau mengabulkan keinginannya tuhan?

berikanlah keajaibanmu...